Desember telah tiba, membawa butir-butir hujan dan meniupkan hawa dingin. Apakah yang kau ingat tentang hujan, kekasih?
Kau pasti ingat, ketika itu langit begitu pekat, lalu hujan pun turun. Kau berlari-lari kecil seakan ingin menyelinap di antara tetes air hujan. Aku datang memayungimu dengan plastik, sepertinya bekas pembungkus buku.
Tuliskan kisahmu tentang hujan melalui puisi-puisi terindah, agar hidup ini tak berlalu tanpa karya sastra.
Puisi di bawah ini merupakan kumpulan puisi tentang hujan yang sangat romantis.
Hujan ataukah Air Matamu ?
Hujan ataukah air matamu
Yang begitu deras membasahi
Pipimu
Saat kuusap lembut
Pipimu
Aku tak bisa membedakan
Hujan ataukah air matamu
Yang tanpa henti membasahi pipimu
Jika itu air matamu
Apa gerangan yang mendorongnya jatuh
Membasahi pipimu ?
Genangan Air Hujan
Sisa-sisa hujan yang baru saja turun
Masih tampak jelas
Di jalan beraspal
Ada air hujan yang menggenang
Genangan itu berkali-kali
Terbelah setelah diterjang
Roda kendaraan
Mobil atau motor
Seperti itukah kenangan ?
Tiba-tiba datang dari awan kehampaan
Lalu jatuh menimpa
Hati yang resah
Kenangan itu juga pecah
Disibakkan oleh kenyataan
Yang terkadang mengusik kenangan
Sayang, biarkanlah biarkanlah sesekali kenangan datang
Lewat genangan air hujan
Yang kau terjang
Melalui roda sepeda motormu
Rintik Hujan Itu Serupa Rindu
Rintik air hujan
Yang jatuh bertubi tubi
Telah meninggalkan lubang
Kecil pada tanah lempung
Sehabis kemarau panjang
Meniupkan aroma tanah
Ke dalam rongga-rongga
hidung
Serupa itulah hatiku
Yang dihujani rindu
Kepadamu kekasihku
Terasa menyiksa
Namun terasa nikmat
Saat kuhirup
Aroma kerinduanku
Padamu
Kau pasti ingat, ketika itu langit begitu pekat, lalu hujan pun turun. Kau berlari-lari kecil seakan ingin menyelinap di antara tetes air hujan. Aku datang memayungimu dengan plastik, sepertinya bekas pembungkus buku.
Tuliskan kisahmu tentang hujan melalui puisi-puisi terindah, agar hidup ini tak berlalu tanpa karya sastra.
Puisi di bawah ini merupakan kumpulan puisi tentang hujan yang sangat romantis.
Hujan ataukah Air Matamu ?
Hujan ataukah air matamu
Yang begitu deras membasahi
Pipimu
Saat kuusap lembut
Pipimu
Aku tak bisa membedakan
Hujan ataukah air matamu
Yang tanpa henti membasahi pipimu
Jika itu air matamu
Apa gerangan yang mendorongnya jatuh
Membasahi pipimu ?
Genangan Air Hujan
Sisa-sisa hujan yang baru saja turun
Masih tampak jelas
Di jalan beraspal
Ada air hujan yang menggenang
Genangan itu berkali-kali
Terbelah setelah diterjang
Roda kendaraan
Mobil atau motor
Seperti itukah kenangan ?
Tiba-tiba datang dari awan kehampaan
Lalu jatuh menimpa
Hati yang resah
Kenangan itu juga pecah
Disibakkan oleh kenyataan
Yang terkadang mengusik kenangan
Sayang, biarkanlah biarkanlah sesekali kenangan datang
Lewat genangan air hujan
Yang kau terjang
Melalui roda sepeda motormu
Rintik Hujan Itu Serupa Rindu
Rintik air hujan
Yang jatuh bertubi tubi
Telah meninggalkan lubang
Kecil pada tanah lempung
Sehabis kemarau panjang
Meniupkan aroma tanah
Ke dalam rongga-rongga
hidung
Serupa itulah hatiku
Yang dihujani rindu
Kepadamu kekasihku
Terasa menyiksa
Namun terasa nikmat
Saat kuhirup
Aroma kerinduanku
Padamu
0 Comments
Posting Komentar